Generasi Muda Antusias Saksikan Kisah Sutradara Perempuan Pertama Indonesia di Museum Penerangan

Generasi Muda Antusias Saksikan Kisah Sutradara Perempuan Pertama Indonesia di Museum Penerangan

Spread the love

Jakarta — Sekitar 50 generasi muda yang terdiri dari pelajar jurusan broadcast hingga komunitas pencinta perfilman Indonesia antusias menyaksikan pemutaran film dokumenter “Merangkai Ratna Asmara”, yang mengupas kisah hidup Ratna Asmara, sutradara perempuan pertama di Indonesia, yang perannya dalam sejarah perfilman nasional masih jarang dikenal di Museum Penerangan, Raman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.

Kepala Museum Penerangan, Abdullah, menjelaskan, pemutaran film ini merupakan bagian dari acara Muspen Talk bertajuk “Behind the Lens: Ratna Asmara, Sutradara Perempuan Pertama” dalam rangka memperingati Hari Film Nasional dan Hari Perempuan Internasional pada Kamis (20/3/2025).

 “Kami sangat senang melihat antusiasme siswa-siswi dan komunitas yang hadir. Semoga acara ini bisa menumbuhkan semangat berkarya di bidang film,” ujar Kepala Museum Penerangan.

Abdullah mengatakan, pihaknya menghadirkan Umi Lestari, Narasumber yang merupakan penulis, pengajar, dan peneliti sejarah film untuk berbagi wawasan mendalam tentang kontribusi Ratna Asmara dalam industri film Indonesia.

Selain itu acara dihadiri Ersya Ruswandono, sutradara film dokumenter yang membagikan proses pembuatan film “Merangkai Ratna Asmara”. Kedua pembicara berasal dari Kelas Liarsip, kelompok belajar virtual yang menaruh perhatian studinya pada arsip film, restorasi dan sejarah perempuan dalam sinema Indonesia, yang didirikan sejak tahun 2021.

Acara ini juga dihadiri oleh tujuh anggota komunitas blogger film dari KOMiK Kompasiana yang aktif membagikan insight dan kecintaan terhadap dunia film melalui platform blog binaan Kompas.

Ketua Tim Pelayanan Publik Museum Penerangan sekaligus penanggung jawab acara, Alvio Putri Matahari, berharap Muspen Talk ini bisa menjadi awal dari diskusi-diskusi berikutnya tentang peran perempuan di dunia film.

Ia juga berharap Museum Penerangan dapat terus menjadi ruang literasi media dan sejarah perfilman Indonesia dengan akan menghadirkan lebih banyak program serupa di masa mendatang.

“Antusiasme peserta hari ini menunjukkan bahwa kisah Ratna Asmara masih relevan dan inspiratif untuk generasi saat ini,” tutur Alvio.

Navina Ayu, siswa SMAN 48 Jakarta anggota ekstrakulikuler film, mengaku tertarik mengikuti acara yang digelar Muspen ini untuk mengetahui Sejarah perfilman di Indonesia.

“Saya jadi tahu sejarah perfilman dan adanya sutradara perempuan bernama Ratna Asmara. Inspiratif banget buat saya yang mau coba bikin film pendek. Jadi pengen baca buku sejarah film dan main ke Sinematek seperti saran dalam diskusi tadi,” kata dia.

Setelah acara diskusi, peserta diajak menyaksikan karya klasik “Dr. Samsi” yang disutradarai oleh Ratna Asmara sebagai bukti nyata bagaimana dia mampu menembus batasan di industri film yang saat itu masih didominasi oleh laki-laki.

Tim kampanye lomba film pendek Bahari on Screen (BOS) 2025 dari Museum Bahari dan Indonesia Hidden Culture and Heritage Hub (IHHCH) juga turut hadir dan memanfaatkan momentum untuk mengajak para peserta pelajar mengikuti kompetisi tersebut.

“Sebagai mitra Museum Penerangan, kami senang bisa bertemu langsung dengan sasaran kompetisi BOS di sini. Semoga banyak peserta yang tertarik terjun langsung ke dunia produksi film. BOS adalah kesempatan bagus untuk menyalurkan bakat, juga memperluas wawasan dan jejaring mereka,” tandas Bimo, perwakilan tim kampanye lomba. [÷]

error: Content is protected !!