Munas PGLII Hari Ke 2, Mantan Ketua Umum PGI Pdt Gomar Gultom Memberikan Pembekalan Kepada Peserta Munas PGLII 2025

Munas PGLII Hari Ke 2, Mantan Ketua Umum PGI Pdt Gomar Gultom Memberikan Pembekalan Kepada Peserta Munas PGLII 2025

Spread the love

Balikpapan – Perbedaan Pemahaman Injil Memperkaya Cara Penyebaran Kabar Baik

Musyawarah Nasional Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) masuk hari ke dua Selasa 18 Maret 2025. Munas PGLII Ke 13 mengangkat tema Berdirilah Teguh dan Giatlah Selalu dalam Pekabaran Injil” (1 Korintus 15:58b).

Terkait dengan tema tersebut diperdalam dengan sesi terakhir sebagai pembekalan bagi peserta Munas PGLII yang datang dari seluruh Indonesia .

Dalam sesi pembekalan terkait penginjilan itu panitia menghadirkan tiga narasumber antaranya Pdt. Gomar Gultom mantan ketua umum Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia, Pdt Bambang Budijanto general secretary evangelical aliance dan Pdt Jose dari JPCC di bawah sinode Jemaat Kristen Indonesia.

Gomar Gultom yang saat ini menjabat sebagai majelis pertimbangan PGI ini memaparkan terkait pendekatan misioner gereja, meneruskan apa yang dimulai oleh Yesus, menyelusuri lorong-lorong sempit, keluar masuk desa dengan cara berkotbah, mengajar dan mengobati, dengan satu misi: Kerajaan Allah sudah dan sedang datang.

Tiga cara ini masih dilanjutkan hingga sekarang dalam bentuk mimbar di gereja-gereja (kotbah), mendirikan sekolah-sekolah (mengajar) dan pendirian balai pengobatan ataupun rumah sakit (mengobati).

Ketiga cara ini terus digunakan umat Tuhan hingga sekarang. Mestinya, demikian Pdt Gomar, negara berhutang besar kepada umat Kristen yang teleh mendirikan lembaga pedidikan dan rumah sakit tersebut.

Pdt Gomar melanjutkan, Injil adalah berita sukacita, untuk itu gereja diminta untuk melanjutkan berita sukacita ini seperti dalam Injil Yohanes.

Gomar ketika menjawab dari peserta tentang cara penginjilan yang berbeda dengan tegas mengatakan memang ada perbedaan pemahaman tentang injil, dan perbedaan ini melahirkan juga perbedaan pendekatan. Hal ini tidak harus dipertentangkan, tetapi harus dilihat sebagai kekayaan dalam menyampaikan kabar sukacita tersebut. Artinya tidak usah dipertentangkan cara-cara memberitakan injil karena dengan perbedaan itulah masing-masing saling melengkapi.

Sementara Pdt Bambang Budijanto mencoba memaparkan data pertumbuhan umat Kristen di Indonesia, di mana setiap sepuluh tahunpertumbuhan umat Kristen trendnya menurun. Penurunan dari pertumbuhan umat Kristen ini harus menjadi pemecut umat Kristen agar mawas diri kemudian mencari cara bagaimana agar semakin banyak orang menerima Kristus.

Sedangkan Jose pembicara ketika menyampaikan materinya dengan memaparkan bagaimana cara Gereja JPCC menguatkan jemaatnya agar tetap bertumbuh dalam imannya. Inovasi, pembimbingan dan membentuk komunitas menjadi penting. Apalagi bagi JPCC sendiri yang sebagian besar jemaatnya anak-anak muda yang perlu diberikan jawaban sesuai apa yang menjadi kebutuhan mereka.

“Mereka anak-anak muda itu juga membutuhkan spiritualitasnya, namun persoalannya banyak dari kita yang tidak mampu memberikan jawaban apa yang dibutuhkan generasi muda tersebut”, pungkasnya. [ROMO]

error: Content is protected !!