Ahmadiyah Menguatkan Persatuan Bangsa: Sarasehan Kebangsaan untuk Masa Depan Indonesia

Ahmadiyah Menguatkan Persatuan Bangsa: Sarasehan Kebangsaan untuk Masa Depan Indonesia

Spread the love

Bogor – Dalam rangka memperingati 100 tahun perjalanan Ahmadiyah di Indonesia, Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) menggelar Sarasehan Wawasan Kebangsaan 2025 dengan tema “100 Tahun Ahmadiyah Indonesia: Merawat Kebangsaan, Menguatkan Persatuan, Membangun Masa Depan Indonesia”. Acara ini berlangsung di Gedung Baitul Afiat, Kampus Mubarak, Kemang, Kabupaten Bogor, pada Minggu (24/8).

Sarasehan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional lintas bidang yang membahas kebhinekaan, demokrasi, hingga kontribusi umat beragama dalam menjaga keutuhan bangsa. Amir Nasional JAI, Mirajudin Sahid, menegaskan bahwa Indonesia hanya bisa berdiri kokoh jika seluruh elemen bangsa menjaga persatuan dan keberagaman.

“Indonesia berdiri di atas fondasi persatuan. Kami percaya keberagaman adalah rahmat, bukan ancaman. Melalui sarasehan ini, Ahmadiyah ingin menegaskan komitmen untuk merawat bangsa, berkontribusi, dan berdiri bersama seluruh anak negeri,” ujarnya.

Mirajudin juga mengingatkan bahwa Ahmadiyah telah turut serta dalam perjuangan kemerdekaan sejak masa awal. Salah satunya melalui sosok Maulana Muhammad Sadiq Sahib, mubalig Ahmadiyah yang menjadi satu-satunya warga asing yang mendapat penghargaan dari Presiden Soekarno karena jasanya memperkuat diplomasi kemerdekaan Indonesia.

“Khalifah Ahmadiyah saat itu bahkan menyerukan seluruh jemaat di dunia untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Banyak mubalig Ahmadiyah yang menguasai bahasa Inggris dan Arab, sehingga mereka punya akses menyuarakan pengakuan bagi republik yang baru lahir ini,” tambahnya.

Wakil Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Dr. Phil. Syafiq Hasyim, menekankan pentingnya memandang keberagaman sebagai kekuatan, bukan sekadar slogan. “Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, tetapi ruh bangsa ini. Jika kita mampu merawatnya, Indonesia akan selalu punya energi persatuan untuk menghadapi tantangan global,” ungkapnya.

Sementara itu, Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Mochammad Sodik, S.Sos., (tautan tidak tersedia), menyoroti pentingnya partisipasi rakyat dalam menjaga demokrasi. “Kedaulatan bangsa tidak hanya terletak pada pemerintah, tetapi juga pada warga yang aktif mengawal konstitusi. Demokrasi yang sehat hanya lahir jika rakyat berperan serta secara kritis namun tetap konstruktif,” jelasnya.

Ketua Perempuan Muslim Ahmadiyah Indonesia, Prof. Dr. Siti Aisyah, menambahkan bahwa kiprah JAI tidak sebatas pada ranah spiritual, tetapi juga sosial-ekonomi. “Kami telah lama hadir dengan program pendidikan, kesehatan, hingga pemberdayaan perempuan. Semua ini adalah wujud nyata kecintaan kami pada Indonesia, agar bangsa ini makin sejahtera dan maju,” ujarnya.

Sarasehan ditutup dengan seruan kolektif untuk terus menguatkan persatuan dan kebangsaan. Para narasumber sepakat bahwa setiap warga negara, tanpa memandang latar belakang, memiliki tanggung jawab bersama membangun Indonesia yang inklusif dan berdaya saing.

“Ahmadiyah bukan organisasi politik, namun di mana pun kami berada, kami punya komitmen untuk memberikan kontribusi bagi bangsa. Seratus tahun perjalanan ini adalah bukti nyata kecintaan kami pada Indonesia,” tegas Amir JAI, Mirajudin Sahid.

Jurnalis: Vicken Highlanders
Editor: Romo Kefas

error: Content is protected !!