Kuala Lumpur, Malaysia – Gemuruh tepuk tangan menggema di International Islamic University Malaysia (IIUM) saat Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia, Zambry Abd. Kadir, tanpa tedeng aling-aling memuji program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) dari Indonesia. Di tengah persiapan KTT ASEAN yang super penting, LKLB muncul sebagai bintang, menginspirasi Malaysia untuk mewujudkan visi ASEAN yang inklusif dan kohesif!
Dalam forum “ASEAN Cross-Cultural Religious Literacy Forum” (24/10/2025), Zambry dengan semangat membara menyatakan, “Para pemimpin ASEAN telah sepakat! Kita harus membangun komunitas yang menghargai keberagaman budaya dan keyakinan. Dan LKLB, saudara-saudara, adalah kunci untuk membuka pintu itu!”
Visi “Madani”: Jantungnya ASEAN!
Zambry, dengan gaya khasnya yang berapi-api, menambahkan bahwa inisiatif ini sejalan dengan visi “Madani” dari PM Anwar Ibrahim. “Madani itu bukan sekadar kata-kata manis, tapi ruh peradaban yang menyatukan iman, akal, dan spiritualitas! LKLB adalah jembatan emas untuk mewujudkannya!”
Institut Leimena, sang arsitek LKLB, mendapat pujian setinggi langit karena telah melatih lebih dari 10.600 guru di 38 provinsi. “Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, menumbuhkan rasa saling percaya di tengah masyarakat yang penuh warna!” seru Zambry.
ASEAN: Simfoni dalam Perbedaan!
Sebagai mantan Menteri Luar Negeri Malaysia, Zambry dengan lantang menegaskan bahwa kekuatan ASEAN terletak pada kemampuannya menari dalam irama perbedaan. Nilai-nilai luhur seperti diplomasi, non-intervensi, dan rasa hormat, tercermin dalam ajaran agama seperti Rahmatan lil alamin, karuna, agape, dan kebajikan dalam Konfusianisme.
“Kita tidak boleh hanya duduk manis dan menoleransi keberagaman. Kita harus merayakannya! Karena di sanalah letak kekuatan kita, kemampuan untuk belajar dari perbedaan dan membangun masa depan yang lebih baik!”
LKLB: Lebih dari Sekadar Kata-Kata!
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, menjelaskan bahwa forum ini adalah buah dari KTT ASEAN ke-46 yang mengadopsi Visi Komunitas ASEAN 2045. “LKLB adalah salah satu langkah strategis untuk mencapai visi itu,” tegasnya.
Matius menambahkan, di tengah dunia yang dilanda xenophobia dan diskriminasi, LKLB hadir sebagai oase. “Kita diingatkan bahwa kita di Asia Tenggara telah hidup dalam keberagaman selama ribuan tahun. LKLB adalah api yang menyalakan kembali semangat itu!”
Kompetensi: Senjata Melawan Prasangka!
Koordinator Staf Khusus Menteri Agama RI, Faried F. Saenong, menjelaskan bahwa LKLB membekali peserta dengan tiga kompetensi sakti: pribadi, komparatif, dan kolaboratif. “Dengan kompetensi ini, kita hancurkan prasangka dan bangun jembatan persahabatan!”
Rektor IIUM, Osman Bakar, dengan bijak menambahkan bahwa LKLB selaras dengan misi universitas untuk mengintegrasikan pengetahuan, iman, dan kasih sayang. “LKLB adalah lentera yang menerangi jalan menuju pemahaman di antara masyarakat ASEAN,” pungkasnya.
Jurnalis: Vicken Highlanders
Editor: Romo Kefas

