Gunungkidul – Malam Sabtu (20/12/2025) di Rumah Joglo Prof. Dr. KPH H. Yanto, Padukuhan Pandanan, Kalurahan Sumberejo, terisi oleh nada gamelan yang merdu dan bayangan wayang yang hidup-hidup. Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen TNI Bambang Sujarwo, S.H., M.Sos., M.M., turut meresapi nuansa budaya adiluhung dalam Gelar Budaya Wayang Kulit memperingati Hari Wayang Sedunia – momen di mana jiwa Nusantara terwujud secara penuh.
Pagelaran yang menjadi hati acara adalah lakon “Pandu Swargo” – salah satu lakon wayang yang paling kaya akan pesan moral, dibawakan oleh trio dalang yang berpengalaman: Prof. Dr. KPH H. Yanto sendiri (pemilik joglo), Ki Sri Kuncoro dari Brimob, dan Ki MPP Bayu Aji. Setiap gerakan kuku dalang, setiap nada sinden, dan setiap percakapan wayang membawa kesan mendalam yang menusuk hati hadirin. Acara dipimpin oleh Ketua Panitia Joko Parwoto, S.E., M.M. (Wakil Bupati Gunungkidul), yang memastikan setiap momen penuh makna budaya.
Yang membuat pagelaran ini semakin berharga, sejumlah tokoh nasional, pejabat tinggi negara, dan budayawan ikut menyaksikan. Di antaranya: Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, M.Si, Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto, S.E., para Hakim Agung Mahkamah Agung RI, pejabat utama Polri, unsur Forkopimda DIY, serta tokoh masyarakat yang mencintai budaya. Bintang tamu seperti Dhimas Tedjo, Gareng Semarang, dan sinden berbakat Endah Laras serta Uut Isabela juga menambahkan semarak dengan penampilan yang penuh nuansa lokal.
Dalam sambutannya, Joko Parwoto menyampaikan dengan penuh kebanggaan: “Wayang bukan hanya seni yang diakui UNESCO sebagai warisan dunia, melainkan juga ‘buku hidup’ Nusantara. Setiap lakon, setiap tokoh wayang, membawa nilai-nilai kebijaksanaan, kepemimpinan, kejujuran, dan tanggung jawab moral yang menjadi pondasi kehidupan bermasyarakat kita.”
Sementara itu, YM Hakim Agung Prof. Dr. KPH H. Yanto yang juga dalang, menegaskan: “Pagelaran ini adalah wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan komitmen kita untuk menjaga warisan nenek moyang agar tidak pupus. Lakon Pandu Swargo khususnya mengajarkan kita tentang bakti kepada orang tua, keikhlasan dalam hati, dan kepemimpinan yang selalu berlandaskan kebenaran – nilai-nilai yang masih relevan hari ini.”
Siti Hediati Soeharto juga menyampaikan pandangannya yang dalam tentang wayang: “Wayang adalah media pendidikan karakter yang paling indah dan efektif. Ia mengajarkan kejujuran, tanggung jawab, kesetiaan, dan kebijaksanaan dengan cara yang menyenangkan dan mendalam. Pelestarian wayang adalah tanggung jawab kita semua, agar generasi mendatang tetap mengenal akar budaya mereka.”
Acara ditutup dengan momen yang penuh makna budaya: penyerahan cinderamata dari tuan rumah kepada Ibu Siti Hediati Soeharto, diikuti penyerahan wayang sebagai simbol apresiasi dan janji bersama untuk melestarikan seni yang telah hidup ratusan tahun ini. Nada gamelan pun kembali menggema, mengiringi bayangan wayang yang terus hidup dalam hati setiap hadirin.
jurnalis HS. editor Romo Kefas

