JAFF KE-20: YOGYAKARTA BUKA PINTU BAGI SINEMA ASIA – DARI FESTIVAL KOMUNITAS MENJADI ACARA STRATEGIS NASIONAL

JAFF KE-20: YOGYAKARTA BUKA PINTU BAGI SINEMA ASIA – DARI FESTIVAL KOMUNITAS MENJADI ACARA STRATEGIS NASIONAL

Spread the love

Yogyakarta – Dua dekade tidak terlewat dengan sia-sia. Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) edisi ke-20 telah resmi menutup tirai pada 6 Desember 2025, setelah menyajikan pesta sinema Asia yang memukau selama seminggu (29 November – 6 Desember) di Empire XXI Yogyakarta. Festival film internasional tahunan ini yang mengutamakan perfilman Asia tidak hanya menjadi saksi perkembangan seni film kontinen, tetapi juga menebar kekuatan yang mengubah lanskap kebudayaan dan pariwisata Yogyakarta.

JAFF bukan sekadar ajang menayangkan film – bagi ribuan penggemar film dari lokal Indonesia hingga pelosok Asia, ini adalah “Lebaran”-nya yang ditunggu-tunggu setiap tahun. Dalam edisi ke-20 yang penuh makna, ratusan judul film dari berbagai negara Asia dipajang dengan ragam gaya, cerita, dan tekanan emosional yang tak tertandingi. Di luar layar, diskusi industri yang mendalam memantik pemikiran, menjadikan festival ini sebagai platform penting untuk menggali potensi dan tantangan perfilman Asia masa depan.

Yang paling menakjubkan adalah transformasi JAFF yang luar biasa: dari acara komunitas yang hanya dinikmati para sinefil, kini menjadi destinasi wisata populer yang memikat hati anak muda. Dampaknya pada pariwisata Jogja berskala besar: festival ini memperkuat citra Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan dan kreativitas yang tak tertandingi, menarik puluhan ribu penonton setia – mulai dari mahasiswa lokal yang penuh semangat hingga profesional film internasional yang berpengalaman – yang menginap, berbelanja, dan secara langsung menggerakkan roda ekonomi lokal.

Melalui JAFF Market, festival ini bahkan membangun ekosistem bisnis film yang kuat: dengan pitching proyek, networking yang intensif, dan kolaborasi yang strategis, JAFF mendatangkan investasi dan pelaku industri ke Yogyakarta. Dampak ekonominya mencapai puluhan miliar rupiah – bukti nyata bahwa seni dan keuangan bisa berjalan berdampingan, menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan.

Penulis bersama sutradara Garin Nugroho, salah satu penggagas Jogja-NETPAC

JAFF menawarkan pengalaman pariwisata yang segar dan berbeda dari wisata alam atau kuliner biasa: wisata sinema yang menggabungkan keindahan seni, kekuatan kreativitas, dan jejaring internasional yang luas. Festival ini secara tegas meneguhkan Yogyakarta sebagai hub kreatif Asia – tempat di mana ide-ide brilian bertemu dengan talenta muda, dan peluang kolaborasi tumbuh subur. Sebagai jembatan, JAFF menarik investor, produser, dan kreator dari seluruh dunia untuk bekerja sama dengan komunitas lokal, membuka pintu menuju kemajuan jangka panjang.

Tidak ketinggalan, JAFF menjadi wadah vital bagi sineas muda Asia, memberi mereka kesempatan untuk memperluas jaringan dan mendorong lahirnya inovasi sinema yang segar. Banyak dari karya mereka kemudian membawa cerita atau lokasi baru dari Yogyakarta dan Asia ke panggung global, membuktikan bahwa kekuatan sinema tidak pernah mengenal batas.

Secara keseluruhan, JAFF ke-20 bukan hanya peringatan dua dekade merayakan sinema Asia – ini adalah pernyataan kuat bahwa festival ini telah berkembang menjadi acara strategis nasional yang tidak hanya memajukan perfilman, tetapi juga menjadi motor penggerak utama dalam membangun industri pariwisata kreatif Yogyakarta ke level yang lebih tinggi. Setiap bingkai film yang diputar, setiap percakapan yang terjalin, adalah batu loncatan menuju masa depan yang lebih cerah bagi seni dan ekonomi kota pelajar ini.

Penulis: Pulung WP | Foto: Istimewa | Editor: SHN

error: Content is protected !!