Kader Golkar Dianiaya, Polres Bursel Mandul? Partai Geruduk Markas Polisi!

Kader Golkar Dianiaya, Polres Bursel Mandul? Partai Geruduk Markas Polisi!

Spread the love

Namrole – Insiden pemukulan terhadap Mustakin Mahulauw, Korbid Kepartaian DPD II Golkar Buru Selatan, memicu reaksi keras dari internal partai. DPD II Golkar Bursel tak hanya mengutuk aksi brutal tersebut, tetapi juga mempertanyakan kinerja Polres Buru Selatan yang dinilai lamban dalam menangani kasus ini.

Pemukulan yang diduga dilakukan oleh seorang pemuda berinisial ZT pada Senin malam (14/10/2025) di sekretariat partai, kini menjadi bola panas yang menggelinding ke arah aparat penegak hukum.

Dalam konferensi pers yang digelar di Namrole (16/10/2025), Juru Bicara DPD II Partai Golkar Buru Selatan, Ridwan Marasabessy, dengan nada tinggi mengecam tindakan kekerasan tersebut. “Ini bukan sekadar kriminalitas biasa, ini adalah upaya pembungkaman terhadap demokrasi! Kami tidak akan tinggal diam!” serunya.

Marasabessy juga menyoroti lambannya respons Polres Buru Selatan. “Kami memberikan waktu 3×24 jam. Jika pelaku belum ditahan, kami akan bawa masalah ini ke provinsi. Ada apa dengan Polres Buru Selatan? Apakah ada kekuatan besar yang melindungi pelaku?” tanyanya retoris.

Sekretaris DPD II Partai Golkar Bursel, Wiliam Lesnussa, menambahkan bahwa pihaknya telah melaporkan kejadian ini ke Polres Buru Selatan pada malam yang sama. “Visum sudah dilakukan, keterangan saksi sudah diambil. Tapi kenapa pelaku belum ditahan? Ini menimbulkan tanda tanya besar,” ujarnya.

Lesnussa menjelaskan bahwa insiden ini diduga terkait dengan pemberitaan yang disampaikan Mustakin Mahulauw mengenai seorang pejabat Pemkab Bursel. “Kami tidak menuduh siapa pun. Tapi fakta bahwa pemukulan terjadi setelah pemberitaan itu, tentu menimbulkan spekulasi,” katanya.

Menanggapi tudingan tersebut, Kapolres Buru Selatan belum memberikan keterangan resmi. Namun, sumber internal kepolisian menyebutkan bahwa pihaknya sedang melakukan penyelidikan mendalam dan berjanji akan menindaklanjuti kasus ini secara profesional dan transparan.

Pengamat politik lokal, Ahmad Lestaluhu, menilai kasus ini sebagai ujian bagi profesionalitas Polres Buru Selatan. “Publik akan melihat, apakah polisi mampu mengungkap kasus ini secara tuntas, tanpa intervensi dari pihak mana pun,” ujarnya.

Lestaluhu menambahkan, kasus ini juga menjadi momentum bagi seluruh partai politik di Bursel untuk bersatu menolak segala bentuk kekerasan dan intimidasi. “Demokrasi tidak boleh dicederai oleh tindakan premanisme,” tegasnya.

Sementara itu, Mustakin Mahulauw, korban pemukulan, mengaku trauma dengan kejadian ini. “Saya tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini. Tapi saya tidak akan mundur. Saya akan terus menyuarakan kebenaran,” ujarnya dengan suara bergetar.

Kasus ini masih terus bergulir dan menjadi perhatian publik di Buru Selatan. Akankah Polres Buru Selatan mampu mengungkap kasus ini secara cepat dan transparan? Atau justru ada kekuatan besar yang akan menghalangi penegakan hukum? Waktu yang akan menjawab.

Jurnalis: Y
Editor: Romo Kefas

error: Content is protected !!