Keharmonisan Masyarakat Kampung Susuru: Contoh Toleransi Beragama di Jawa Barat

Keharmonisan Masyarakat Kampung Susuru: Contoh Toleransi Beragama di Jawa Barat

Spread the love

Ciamis – Jawa Barat, sebuah provinsi yang terletak di bagian barat Pulau Jawa, Indonesia, dikenal sebagai tanah yang kaya akan budaya dan keindahan alam. Namun, di balik keindahan alamnya, Jawa Barat juga memiliki sejarah yang kompleks dan beragam, termasuk dalam hal keberagaman agama dan kondisi intoleransi yang cenderung terjadi.

Sayangnya, Jawa Barat memiliki catatan yang kurang baik terkait toleransi beragama. Berdasarkan data SETARA Institute, Jawa Barat kembali menjadi provinsi dengan pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan terbanyak pada 2023, dengan 47 peristiwa. Beberapa contoh kasus intoleransi di Jawa Barat meliputi pengrusakan rumah ibadah, penyegelan masjid Ahmadiyah, pelarangan ibadah, dan peresmian gedung dakwah yang menuai reaksi dari masyarakat sipil.

Namun, di tengah-tengah keberagaman Indonesia dan kondisi intoleransi yang cenderung terjadi di Jawa Barat, terdapat sebuah kampung yang menjadi contoh nyata toleransi beragama dan keharmonisan masyarakat. Kampung Susuru, yang terletak di Dusun Susuru, Desa Kertajaya, Kecamatan Panawangan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, adalah sebuah komunitas yang hidup rukun dan damai meskipun memiliki perbedaan agama.

Masyarakat Kampung Susuru menunjukkan contoh toleransi beragama yang baik. Mereka hidup rukun berdampingan dan saling gotong royong tanpa melihat latar belakang keyakinan. Rumah-rumah ibadah mereka bahkan berdiri berhadap-hadapan dan hanya terpisah oleh jalan, seperti gereja yang bersebrangan dengan pesantren dan rumah ibadah penghayat yang berhadapan dengan masjid.

Menurut data yang dihimpun dari masyarakat setempat, lebih dari 90% warga Kampung Susuru aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan sosial bersama-sama, tanpa memandang perbedaan agama. Nilai-nilai toleransi masyarakat Kampung Susuru terlihat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti gotong royong dalam pembangunan rumah ibadah, menghormati perbedaan agama, dan mengucapkan selamat kepada masyarakat lain yang berbeda agama saat merayakan hari raya keagamaan.

Kampung Susuru telah berdiri sejak tahun 1940-an dan telah menjadi contoh toleransi beragama yang baik. Kemajemukan agama di Kampung Susuru berawal dari ajaran Madrais yang dibawa oleh salah satu tokoh asal kampung tersebut, KH. Ahmad Sanusi. Ajaran Madrais yang menekankan pentingnya toleransi dan keharmonisan antarumat beragama telah menjadi landasan bagi masyarakat Kampung Susuru dalam mempraktikkan toleransi beragama.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kampung Susuru mempraktikkan toleransi beragama dengan cara yang unik. Misalnya, ketika ada warga yang merayakan hari raya keagamaan, masyarakat lain akan membantu dalam persiapan dan pelaksanaan acara tersebut. Selain itu, ketika ada warga yang membutuhkan bantuan, masyarakat lain akan dengan senang hati membantu tanpa memandang perbedaan agama.

Dalam konteks keberagaman agama di Indonesia, Kampung Susuru menjadi contoh yang sangat penting. Masyarakatnya telah menunjukkan bahwa toleransi beragama bukan hanya tentang hidup berdampingan, tetapi juga tentang saling menghormati dan menghargai perbedaan. Kampung Susuru menjadi inspirasi bagi masyarakat lainnya untuk mempraktikkan toleransi beragama dan kehidupan berdampingan yang harmonis. (*)

error: Content is protected !!