Kabupaten Magelang – Momen waisak merupakan salah satu agenda yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat secara luas. Tidak hanya umat Buddha, namun juga dari agama-agama yang lain.
Waisak yang juga dikenal sebagai Tri Suci Waisak, memang merupakan hari raya penting dalam agama Buddha untuk memperingati kelahiran, pencapaian pencerahan sempurna, dan wafatnya Siddharta Gautama.
Di Indonesia, perayaan waisak sangat terkenal dengan rangkaian upacara di Candi Borobudur dan Candi Mendut, termasuk kirab membawa Api Dharma dan Air Suci, bakti sosial serta pelepasan lampion. Semua agenda ini selalu mendapat perhatian dari banyak orang, terutama umat Buddha.
Tidak terkecuali perayaan waisak 2569 BE/2025 yang jatuh pada 12 Mei lalu. Rangkaian kegiatannya sudah diadakan beberapa hari sebelumnya. Umat Buddha terutama banyak yang sudah hadir untuk mengikuti segala rangkaian acaranya.
Kondisi demikian, berdampak sangat signifikan terhadap kunjungan wisatawan di Candi Agung Borobudur dan objek wisata lain di wilayah Kabupaten Magelang. Apalagi, ada kalender libur dan cuti bersama selama 4 hari (11-14 Mei) saat peringatan Waisak.
Di Candi Borobudur kunjungan wisatawan selama libur Waisak mencapai 60 ribu orang. Terbanyak saat momen Waisak pada Senin (12/5/2025), jumlah kunjungan mencapai 46 ribu.
“Peningkatannya sangat signifikan mencapai 60 ribu kunjungan, terbanyak saat Waisak hari Senin (12/5/2025) mencapai 46 ribu kunjungan,” terang Direktur PT Taman Wisata Borobudur (TWB), Mardijono Nugroho.
Atraksi-atraksi yang diadakan di Borobudur seperti penerbangan lampion, menampilkan bagaimana Borobudur menjadi kawasan yang wajib dikunjungi. Saat libur, jumlah kunjungan terus bergerak naik dari 10 ribu, 20 ribu dan seterusnya.
Dari kunjungan itu, kawasan Borobudur menjadi ramai. Lalu lintas padat namun terkendali. UMKM laris, homestay, hotel, restoran, semuanya laris.
Menurut Mardijono, rangkaian kegiatan waisak menjadi momen untuk dinikmati dan dihayati oleh semua golongan. Hal itu menjadi bagian dari kesatuan dan kebersamaan membangun bersama kawasan Borobudur. Banyak wisatawan yang datang dari luar Jateng, dari Jakarta,luar Jawa, dan mancanegara.
“Kita tidak bicara zona 1 dan 2 Candi Borobudur saja, namun kawasan Borobudur. Artinya, lingkungan sekitar candi semuanya terdampak,” ujarnya.
Banyak kunjungan wisatawan, namun secara keseluruhan situasi terkendali. Hal ini berkat kolaborasi dan kerja sama dengan banyak pihak, baik dari Pemkab Magelang, Forkompimcam, pemdes, TNI, Polri dan stakeholder terkait lainnya.
Di sisi lain, Mardijono menyadari ada keluhan dari sebagian umat Buddha yang kebingungan mengikuti prosesi Waisak karena banyaknya rangkaian kegiatan, seperti pelepasan lampion yang mengambil lokasi di marga utama.
“Ini tetap menjadi perhatian kami untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, karena kami berprinsip memberikan layanan yang exellent kepada pengunjung,” ucapnya.
Di sisi lain, libur Waisak selama empat hari juga berdampak pada kunjungan Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Magelang. Seperti disampaikan Ketua DTW Kabupaten Magelang, Edward Alfian, kunjungan di Ketep Pass mencapai 6.000 orang. Demikian juga kunjungan di Telomoyo dan Nepal Van Java mengalami peningkatan signifikan.
“Libur Waisak memberikan dampak positif karena kunjungan meningkat,” kata Edward.
Hanya saja, kunjungan wisatawan belum bisa merata. DTW-DTW yang rajin berpromosi yang kunjungannya banyak. Sedangkan yang kurang melakukan promosi, kunjungannya tidak seperti yang diharapkan.[Yudo]