Ibu Kota Nusantara (IKN), 31 Mei 2025 – Festival Budaya Nusantara 2025 yang digelar di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN menjadi sorotan tajam terkait minimnya Maestro Budaya Dayak yang diakui secara nasional. Dalam talkshow “Urgensi Ketahanan Budaya dalam Membangun Peradaban di IKN”, Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN), Dr. Drs. Marthin Billa, MM, mengungkapkan keprihatinan mendalam tentang hal ini.
“Kebudayaan lokal bukan sekadar ornamen festival, tetapi roh dari identitas bangsa. Jika budaya lokal tidak mendapat tempat yang layak dalam arsitektur kebijakan IKN, maka pembangunan ini bisa kehilangan jiwanya,” tegas Marthin di hadapan peserta talkshow.
Masyarakat adat Dayak, yang dikenal kaya akan warisan budaya, nyaris tak masuk dalam daftar penerima Anugerah Maestro Seni Tradisi. Lawadi Nusah, peserta diskisi dari Kalimantan Barat, menyatakan bahwa ada ketimpangan serius dalam pengakuan formal dari negara.
“Ada ketimpangan serius. Masyarakat adat Dayak punya kekayaan budaya luar biasa, tapi pengakuan formal lewat skema negara masih sangat minim. Ini perlu dikoreksi,” ujar salah satu seorang Tokoh Muda Ikatan Cendikiawan Dayak Nasional yang tak mau di publish Indentitasnya
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV (Kalimantan Timur dan Utara), Lestari, (tautan tidak tersedia), M.P, menjelaskan beberapa alasan minimnya Maestro Budaya Dayak, antara lain:
– Minimnya informasi tentang program Maestro
– Keterbatasan akses dan pendampingan administratif
– Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dan pusat
– Politik representasi budaya yang elitis
Marthin Billa mengajak masyarakat adat Dayak untuk melakukan pendataan terhadap tokoh-tokoh budaya Dayak yang layak diusulkan sebagai Maestro.
“Sudah saatnya kita menginventarisasi sang Maestro dari komunitas Dayak untuk ikut serta dalam Program Anugerah Maestro Seni Tradisi dari Kementerian Kebudayaan. Tanpa itu, warisan budaya kita hanya akan jadi tontonan sesaat, bukan kehormatan yang dijaga sepanjang hayat,” pungkas Marthin.
Festival Budaya Nusantara 2025 diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperjuangkan pengakuan dan pelestarian budaya Dayak.
Peliput: Leo Fransisco
Editor:Romo Kefas