Bersatu Kita Teguh (2)

Bersatu Kita Teguh (2)

Spread the love

Sahabat pembaca, Ramadan kali ini bisa jadi spesial. Saatnya merenggangkan emosi setelah bergumul dengan ragam dinamika pemilu. Saatnya menguatkan zikir setelah “bablas” dengan aksi pikir.

Saatnya membuka kitab suci sambil merenungi ayat-ayat yang mengajarkan kebersamaan, bukan saatnya menggali dalil-dalil yang bisa dipelintir untuk mengaduk konflik. Saatnya menyimak ceramah yang menyejukkan hati dan menginspirasi rasa kebersamaan, bukan saatnya mendengar provokasi dari mimbar yang berpotensi memecah rasa bersesama kita.

Saatnya menguatkan budaya berbagi kepada yang tak berpunya untuk melatih empati, bukan saatnya berbagi dengan motif menarik simpati. Saatnya menyingsingkan ragam aksesoris hidup yang membuat kita lebih tersekat. Saatnya kita berpadu dalam deretan jamaah shalat yang fungsinya melatih kesetaraan.

Saatnya bersenda gurau yang sifatnya memperkuat sisi-sisi kesamaan. Bukan saatnya kita berdebat yang memperlebar jurang perbedaan. Saatnya menonjolkan simbol-simbol kebersamaan yang tercipta dari jari tangan atau suara-suara persahabatan yang terdengar dari ajakan, bukan saatnya memamerkan simbol yang mengeskalasi perbedaan atau teriakan yang memompa emosi identitas subyektif kita.

Saatnya kita duduk sama rendah, berbuka puasa sama rasa pada acara buka puasa bersama sambil berdoa keberkahan hilangnya rasa haus. Bukan saatnya berbuka puasa tapi haus dan dahaga kebencian pada orang lain yang masih terpelihara.

Saatnya melakukan pertaubatan massal tanpa mencari-cari kesalahan yang lain, bukan saatnya mendeklarasikan kesucian sambil melemparkan kesalahan pada yang lain. Saatnya melakukan koreksi dan refleksi diri tentang apa salah, bukan saatnya lagi menunjuk siapa yang salah. Saatnya merasa salah bersama, karena dari sana kita bisa belajar dari kesalahan secara bersama.

Apapun pilihan politik kita, saatnya kita menyimpan rapat dinamika yang sudah selesai. Saatnya kita menyatukan kembali silaturrahim yang sempat terkoyak. Bukan saatnya fanatik pada nomor pilihan lalu mengorbankan yang lebih besar, persatuan.

Saatnya kita menggunakan momentum ini untuk merekatkan kembali kerenggangan, dan kembali fokus pada urusan kita masing-masing. Karena kata penceramah tadi malam: “siapapun pilihannya, jangan lupa untuk tetap bayar cicilannya.”

error: Content is protected !!