Film Uti Deng Keke, Pesan Toleransi Dari Tanah Gorontalo

Film Uti Deng Keke, Pesan Toleransi Dari Tanah Gorontalo

Spread the love

Jakarta – KLIK NEWS

Di tengah mencuatnya isu tentang perbedaan di masyarakat kini, hadirlah sebuah film yang mengangkat keberagaman di Indonesia, Uti Deng Keke. Film yang dirilis sejak November 2022 ini berlatar belakang kehidupan yang beragam di provinsi Gorontalo, yang terletak di bagian utara Pulau Sulawesi.

Film berdurasi 92 menit, garapan Gema Production yang di produseri oleh Billy Noval Hasan dan Hartono Ko sebagai eksekutif produser, serta Annisa Queen sebagai co produser, dan Erni Anggraini film ini dibintangi oleh banyak aktor kenamaan, seperti Gary Iskak, dan Roy Marten, juga komika Mongol Stress, Rency Milano serta melibatkan banyak pelaku peran lokal Gorontalo, seperti Addin Hidayat, Didi Roa, Fannita Posumah, Tante Lala, Diva Avida, Akbar Longdong, dan Steyer Djapai. Bahkan mendapat dukungan dari 2 Bupati yakni Bupati kabupaten gorontalo dn Minahasa Utara, Joune Ganda yang turut berakting dalam Uti Deng Keke.

Uti Deng Keke sendiri berasal dari bahasa Gorontalo, Uti merupakan sebutan untuk anak laki-laki, sedangkan Keke adalah sebutan untuk anak perempuan dalam bahasa Minahasa. Sepanjang film kita akan disuguhkan pemandangan di Gorontalo, Minahasa, dan juga keindahan kota Manado, dan gorontalo dimana keduanya menjadi roh dalam film Uti Deng Keke. Dan tentu saja kita bisa lebih mengenal destinasi wisata yang ada di dua daerah tersebut.

Film ini mengisahkan kehidupan empat orang sahabat, sejak kecil Meriam, Umar, Ruslan, dan Daniel telah bertekad untuk meraih cita-cita yang sudah mereka ikrarkan di sebuah puncak bukit. Uniknya mereka memiliki latar belakang agama dan suku,adat dn budaya yang berbeda satu sama lain. Keberagaman itulah yang membuat film ini menjadi semakin menarik, bagaimana sebuah persahabatan terjalin atas dasar saling menghormati satu sama lain. Uti Deng Keke dapat dikatakan merupakan sebuah film dengan pesan moral yang bagus, karena menyampaikan tentang pentingnya hidup bertoleransi.

Keempat sahabat tersebut memiliki cita-cita yang juga berbeda, Meriam yang ingin menjadi penari, Umar yang ingin menjadi seorang tokoh ilmuwan, Ruslan yang ingin menjadi Raja Laut, sementara Daniel yang ingin menjadi seorang saudagar kaya. Film ini mengisahkan bagaimana perjalanan mereka dalam mengejar apa yang dicita-citakan, di bumbui nuansa roman dan kisah cinta segitiga yang muncul di antara Meriam dan Umar. Film ini patut dijadikan salah satu list tontonan bagi keluarga dan remaja khususnya, karena memberikan motivasi bahwa Kemiskinan bukan hambatan bsar bagi seseorang untuk meraih cita-citanya.

“Saya sangat appreciate atas keberanian producer Uti Deng Keke untuk mengangkat cerita daerah lokal, dan ternyata sukses. Mudah-mudahan ini memicu pegiat film daerah untuk berani memproduksi film dengan tema lokal.” Tutur Roy Marten yang membintangi film Uti Deng Keke.

Uti Deng Keke mendapatkan sambutan yang luar biasa saat di putar di Gorontalo dan Manado, film ini telah tayang di XXI Manado, Gorontalo, Palu, dan Tangerang, meski sempat diturunkan setelah satu bulan, namun kini Uti Deng Keke kembali hadir di bioskop karena dianggap layak untuk ditayangkan kembali dengan jangkauan yang lebih luas. Film yang mengulas kehidupan remaja di dua daerah berbeda ini dinilai kaya akan nilai-nilai adat dan kearifan lokal. Sehingga diharapkan dengan adanya pemutaran ulang di skala nasional dan semakin banyaknya bioskop yang memutarkan di daerah lain, maka pesan baik yang ada di film juga akan dapat tersebar lebih luas.

Penayangan kembali Uti Deng Keke ditandai dengan adanya acara Grand Nobar Film Uti Deng Keke pada Selasa, 7 Februari 2023 pukul 19.00 WIB di CGV Green Pramuka Mall, Jakarta Pusat. Yang tentunya akan dihadiri oleh para produser dan juga pemain film Uti Deng Keke.(Kefas Hervin Devananda )

error: Content is protected !!