Bogor – Di tengah upaya pemerintah untuk mengatasi masalah lingkungan dan kehutanan, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni tiba-tiba menjadi sorotan publik karena alasan yang tidak terduga: bermain domino dengan mantan tersangka pembalakan liar. Insiden ini memicu pertanyaan besar tentang prioritas dan komitmen Menteri Kehutanan dalam menjalankan tugasnya.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pembalakan liar di Indonesia masih menjadi masalah serius yang perlu ditangani. Pada tahun 2024, terdapat 1.200 kasus pembalakan liar yang berhasil diungkap oleh aparat penegak hukum. Jumlah ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam memberantas pembalakan liar masih jauh dari target.
Seperti pepatah Jawa yang mengatakan, “Nglindhungi awake dhewe saka geni, nanging awake liyane digawe kobong” yang berarti “Melindungi diri sendiri dari api, tapi membuat orang lain terbakar”. Pepatah ini relevan dengan situasi Raja Juli, di mana tindakannya bermain domino dengan mantan tersangka pembalakan liar dapat menimbulkan persepsi negatif dan merusak kepercayaan publik terhadap Kementerian Kehutanan.
Lebih lanjut, pepatah Tiongkok “Shan wai you shan” yang berarti “Di luar gunung ada gunung lain” juga relevan dalam konteks ini. Pepatah ini mengingatkan kita bahwa di balik satu pencapaian atau keberhasilan, ada tantangan dan kompleksitas lain yang perlu dihadapi. Dalam kasus Raja Juli, tantangan tersebut adalah menjaga integritas dan komitmennya sebagai Menteri Kehutanan di tengah kontroversi yang melingkupinya.
Raja Juli mengunjungi Posko Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) pada 1 September 2025, atas undangan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Abdul Kadir Karding. Setelah berdiskusi selama hampir tiga jam, Raja Juli diajak bermain domino oleh sekelompok orang di ruang tamu. Ia mengaku hanya bermain dua kali sebelum pamit pulang.
Namun, publik dan pengamat menilai bahwa klarifikasi Raja Juli tidak meyakinkan. Trubus Rahardiansyah, pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, menilai bahwa klarifikasi Raja Juli hanyalah alibi yang sulit dipercaya. “Itu alibi saja. Rakyat bisa menilai bantahan itu justru membenarkan semuanya,” ujarnya.
Menurut aktivis lingkungan, Greenpeace Indonesia, kontroversi ini dapat memengaruhi citra pemerintah dan kepercayaan publik terhadap Kementerian Kehutanan. “Pemerintah harus menunjukkan komitmen yang kuat untuk melindungi hutan dan lingkungan hidup,” ujarnya.
Dalam situasi ini, perumpamaan yang menarik adalah “seperti api dalam sekam”. Api dalam sekam dapat membara tanpa terlihat, namun ketika api itu muncul ke permukaan, maka akan terlihat betapa dahsyatnya kekuatan api tersebut. Begitu pula dengan kontroversi yang melingkupi Raja Juli, jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat membakar habis kepercayaan publik terhadap Kementerian Kehutanan.
Kontroversi ini berpotensi memengaruhi citra pemerintah dan kepercayaan publik terhadap Kementerian Kehutanan. Dalam situasi ini, Raja Juli harus membuktikan komitmennya melawan pembalakan liar dan menjaga integritas kementeriannya. Dengan demikian, kepercayaan publik terhadap pemerintah dan Kementerian Kehutanan dapat dipertahankan.
Apapun alasannya, para pejabat harus berani jujur dan mengakui kekeliruannya. Sebagai bentuk tanggung jawab, hendaknya berani menyatakan mundur. Dengan demikian, budaya malu dapat tumbuh di kalangan pejabat publik, dan kepercayaan publik terhadap pemerintah dapat dipertahankan. Kejujuran dan keberanian untuk mengakui kesalahan adalah langkah awal untuk membangun kembali kepercayaan publik.
Romo Kefas Jurnalis Pewarna Indonesia