MAGELANG- Berkunjung ke Kabupaten Magelang, terasa kurang lengkap apabila tidak menikmati makanan tradisional bernama tiwul. Dulu, tiwul merupakan makanan khas suku Jawa, sebagai pengganti beras padi yang dibuat dari gaplek (ketela). Namun seiring waktu, tiwul kini menjadi makanan enak yang diolah atau diramu dengan berbagai varian rasa.
Adalah Mura Aristina dan istrinya, Linda Purwaningsih, warga Dusun Bumen, Desa Kembanglimus, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah, yang meramu tiwul menjadi makanan enak dengan berbagai varian rasa. Ada tiwul toping rasa gula Jawa dan aren, cokelat, keju, mix pisang cokelat, dan lainnya
Tiwul buatan Mura memang berbeda dengan tiwul-tiwul lainnya karena diberi tambahan atau toping beraneka rasa, supaya bisa menyentuh lidah sesuai selera konsumen.
“Kalau orang tua, suka tiwul bervariasi rasa gula Jawa. Berbeda dengan lidah anak-anak muda, harus ada sentuhan berbeda, seperti rasa keju, cokelat mix pisang dan lainnya,” kata Mura saat ditemui, Selasa (21/1/2025).
Mura menjelaskan proses pembuatan tiwul dengan bahan baku tepung yang terbuat dari gaplek (ketela kering) dan kelapa parut, dicampur dengan gula Jawa. Kemudian dikukus dalam kukusan yang terbuat dari anyaman bambu diletakkan di atas ceret berisi air yang direbus menggunakan kompor gas, lalu ditunggu dengan waktu sekitar 10 menit sudah matang.
“Sebenarnya, berjualan tiwul kami lakukan sejak pandemi Covid 19. Saat Covid, sektor pariwisata jatuh dan terpuruk, tidak ada wisatawan yang datang. Jika tidak ada pandemi covid, mungkin kami tidak buka usaha tiwul. Artinya kami selalu berprasangka baik, ada semangat dan ide bersama istri membuat usaha tiwul,” ujar Mura yang juga bekerja di Balai Konservasi Candi Borobudur tersebut.
Omset usaha makanan tiwul naik dan turun, namun pihaknya tidak pernah menyerah. Bahkan agar istri tetap semangat berjualan dan membuat tiwul, berbagai upaya dan strategi dilakukan. Misalnya, berbohong kepada istrinya ada tamu public figure yang datang ke Borobudur dan pesanan tiwul dikirim ke suatu tempat.
“Saya ketemu public figure, saya suguhi makan tiwul yang diberikan secara gratis, kemudian saya minta izin untuk mengambil gambar. Dari sekian banyak gambar itu, ternyata bisa meyakinkan publik betapa nikmatnya cita rasa tiwul,” ujar Mura saat menjelaskan strategi pemasaran.
Dalam penyajian, agar menarik konsumen, tiwul yang sudah matang dan siap dihidangkan atau dibawa pulang, di atas hidangan tiwul beri toping seduhan gula Jawa, yang bakal lumer ketika diiris. Kata banyak orang, menyerupai kubah lava Gunung Merapi yang meleleh.
“Lalu konsumen menyebutnya tiwul lava Merapi,” ujar Mura.
Kini, makanan tradisional yang terbuat dari tepung gaplek singkong tersebut, menjadi makanan yang dijual untuk para pecinta dan penikmat makanan tiwul. Dari sekian varian rasa tiwul, ternyata banyak konsumen yang suka tiwul Lava Merapi. Varian rasa lava Merapi tersebut berupa juruh (cairan kental gula Jawa) yang dituangkan di bagian atas pucuk tiwul yang atasnya berlubang.
Sebutan Tiwul lava Merapi, sebetulnya, ungkap Mura, para konsumen yang mengusulkan. Karena memang di bagian atas tumpeng tiwul mirip kubah Gunung Merapi yang ada lavanya, apalagi saat dibelah gula Jawanya meleleh seperti lava Gunung Merapi. Bahkan makanan tradisional tiwul mendapatkan kepercayaan menjadi salah satu makanan dalam jamuan acara Tour de Borobudur 2023.
Harga tiwul dibandrol dengan harga antara Rp25.000 – Rp28.000. Seperti tiwul toping gula Jawa, cokelat, dan keju harganya Rp25.000. Sedangkan tiwul toping gula aren, cokelat keju, gula Jawa keju, pisang cokelat, kopi gula aren, dan milo Rp28.000.
Konsumen yang sudah mencicipi legitnya Tiwul Pak Mura, inovasi kudapan tradisional yang berasal dari Borobudur, Kabupaten Magelang, diantaranya Komjen (Pur) Susno Duaji, William Wongso, Novia Kolopaking, mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Benu Buloe, dan lainnya.
Seorang pecinta kuliner asal Cilacap, Heru Utama saat mencicipi tiwul mengatakan, Kabupaten Magelang tidak hanya menawarkan keindahan alam dan budaya, melainkan juga punya banyak ragam kuliner yang khas dan menarik untuk dicicipi.
“Sebenarnya tiwul adalah makanan khas yang biasa ditemui di banyak wilayah di Jawa Tengah. Tapi tiwul yang disajikan ini tampil beda. Karena menawarkan inovasi dalam bentuk tiwul berupa tumpeng yang menyerupai Gunung Merapi,” kata Heru.
Tiwul asal Borobudur ini dimasak serta diberi juruh atau kuah gula Jawa yang ketika dituang meleleh menyerupai lava.
“Luar biasa inovasinya, sangat legit dan enak, apalagi saat membuatnya terinspirasi Gunung Merapi, merupakan gunung teraktif di Indonesia,” tambahnya.