Membangun Harmoni antara Idealisme dan Pragmatisme

Membangun Harmoni antara Idealisme dan Pragmatisme

Spread the love

Bogor – Bayangkan ombak yang kuat dan perkasa, mewakili idealisme yang tak kenal kompromi, menghantam karang yang kokoh dan realistis, mewakili pragmatisme yang efektif. Benturan antara keduanya dapat memicu ledakan yang dahsyat, menghancurkan kapal-kapal yang membawa harapan dan impian.

Namun, apakah ombak idealisme harus berhenti menghantam karang pragmatisme? Atau apakah karang pragmatisme harus menyerah pada ombak idealisme? Jawabannya tidak sesederhana itu. Karena dalam kehidupan nyata, kita seringkali dihadapkan pada pilihan sulit antara mempertahankan idealisme kita atau mengkompromikan nilai-nilai kita untuk mencapai tujuan yang lebih praktis.

Seperti yang dikatakan dalam peribahasa Jawa, “Urip iku urup, aja mung dadi bayangan.” Artinya, hidup itu harus memiliki makna dan tujuan, bukan hanya sekedar bayangan.

Dalam Alkitab, kita juga menemukan ayat yang relevan dengan hal ini, yaitu “Karena di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Matius 18:20). Ayat ini mengingatkan kita bahwa ketika kita berkumpul dan bekerja sama dengan tujuan yang sama, kita dapat mencapai hasil yang lebih baik.

Idealisme politik dapat menjadi landasan untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan sejahtera. Dengan menekankan pentingnya prinsip dan nilai-nilai yang tinggi, idealisme dapat membantu kita untuk memahami apa yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya.

Seperti yang dikatakan dalam peribahasa Minahasa, “Torang samua bae, torang samua basudara.” Artinya, kita semua sama, kita semua bersaudara. Dalam Alkitab, kita juga menemukan ayat yang relevan dengan hal ini, yaitu “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:31). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita harus mengasihi dan menghormati sesama manusia, tanpa memandang latar belakang atau perbedaan.

Namun, idealisme juga memiliki beberapa kelemahan, seperti keterlaluan, kurang fleksibel, dan sulit diimplementasikan. Oleh karena itu, kita perlu mempertimbangkan pragmatisme sebagai pendekatan yang lebih efektif dalam mencapai tujuan.

Pragmatisme memiliki fokus pada mencapai tujuan yang diinginkan dengan cara yang paling efektif. Dengan menekankan pentingnya hasil dan efektivitas, pragmatisme dapat membantu kita untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan lebih cepat dan efisien.

Dalam Alkitab, kita juga menemukan ayat yang relevan dengan hal ini, yaitu “Karena itu hendaklah kamu menjadi sempurna, sama seperti Bapa-mu yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48). Ayat ini mengingatkan kita bahwa kita harus berusaha untuk menjadi sempurna dan efektif dalam mencapai tujuan kita.

Dalam menghadapi benturan antara idealisme dan pragmatisme, kita perlu mempertimbangkan beberapa hal, seperti memahami apa yang kita inginkan dan bagaimana mencapainya, mempertimbangkan nilai-nilai dan prinsip yang kita pegang teguh, dan mencari cara untuk menggabungkan idealisme dan pragmatisme.

Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan yang diinginkan tanpa mengorbankan nilai-nilai yang kita pegang teguh. Oleh karena itu, kita perlu terus menerus merefleksikan dan mendiskusikan nilai-nilai dan tujuan kita, sehingga kita dapat membuat pilihan yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Ditulis oleh Kefas Hervin Devananda.

error: Content is protected !!