Menggugat Sistem, Membangun Solidaritas: Menuju Dunia yang Lebih Adil

Menggugat Sistem, Membangun Solidaritas: Menuju Dunia yang Lebih Adil

Spread the love

Bogor – “Di tengah-tengah kesunyian yang memekakkan telinga, terdengar suara-suara yang tertindas. Suara-suara yang selama ini dipinggirkan, diabaikan, dan dilupakan. Suara-suara yang meminta keadilan, kesetaraan, dan kebebasan. Tapi, apakah kita mendengarnya? Apakah kita peduli? Atau kita hanya diam, membiarkan sistem yang tidak adil ini terus berkuasa?”

Kita hidup dalam era di mana individualisme dan kepentingan pribadi lebih diutamakan daripada kebersamaan dan solidaritas. Tapi, apakah ini yang kita inginkan? Apakah kita ingin terus hidup dalam sistem yang tidak adil ini? Menurut data dari Badan Pusat Statistik, kesenjangan sosial dan ekonomi di Indonesia masih sangat besar, dengan 10% penduduk terkaya menguasai lebih dari 30% kekayaan nasional. Ini menunjukkan bahwa sistem yang ada saat ini tidak adil dan perlu diubah.

Kita harus berani menghadapi gelombang ketidakadilan dan memperjuangkan hak-hak kita. Kita tidak bisa hanya berdiam diri dan berharap keadaan akan berubah dengan sendirinya. Kita harus menjadi agen perubahan yang aktif dan memperjuangkan hak-hak kita. Untuk mencapai ini, kita perlu meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang keadilan dan solidaritas, sehingga kita dapat memahami pentingnya memperjuangkan hak-hak kita dan berani melawan ketidakadilan.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Ini menunjukkan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama dan harus diperlakukan dengan adil.

Dalam Alkitab, kita dapat menemukan ayat-ayat yang relevan dengan isu keadilan dan solidaritas. Misalnya, dalam Matius 25:40, Yesus berkata, “Apa yang kamu lakukan untuk salah satu dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Ini menunjukkan bahwa kita harus memperlakukan semua orang dengan adil dan kasih, terutama mereka yang lemah dan tertindas.

Kita perlu membangun solidaritas yang kuat untuk menciptakan dunia yang lebih adil. Solidaritas bukan hanya tentang empati, tapi tentang aksi nyata untuk mengubah keadaan. Kita perlu memperjuangkan hak-hak kita, hak-hak yang dirampas, dan berani melawan ketidakadilan. Dalam Amsal 31:8-9, kita dapat membaca, “Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang lemah. Bukalah mulutmu, putuskanlah dengan adil, belalah hak orang yang miskin dan yang lemah.” Ini menunjukkan bahwa kita harus memperjuangkan hak-hak orang yang lemah dan miskin.

Dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3 disebutkan bahwa “Setiap orang berhak atas kebebasan dan keamanan pribadi”. Ini menunjukkan bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup dengan aman dan bebas dari penindasan.

Mari kita bangun solidaritas yang kuat dan memperjuangkan hak-hak kita. Mari kita menciptakan dunia yang lebih adil, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk hidup dengan bermartabat. Dengan solidaritas dan aksi nyata, kita dapat menciptakan dunia yang lebih adil dan setara. Mari kita mulai sekarang!

Oleh Kefas Hervin Devananda [Romo]

error: Content is protected !!