JAKARTA – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menuturkan industri makanan dan minuman memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Diantaranya, mampu menyerap banyak tenaga kerja disektor produksi maupun distribusi, meningkatkan nilai tambah bagi petani dan produsen lokal, mendukung sektor pariwisata melalui makanan dan minuman tradisional serta memberikan pendapatan devisa bagi negara dari produk makanan dan minuman yang diekspor ke berbagai negara,
“Industri makanan dan minuman tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, tetapi juga memiliki dampak positif dalam pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Bahkan, industri makanan dan minuman terbukti sebagai salah satu industri yang mampu bertahan selama pandemi Covid-19,” ujar Bamsoet usai menerima pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) di Jakarta, Kamis (6/6/24).
Pengurus Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia hadir antara lain Ketua Umum Tashya M Yukki, Sekretaris Jenderal Ariguna Napitupulu, Wakil Ketua Umum Rudy Harsono dan Handry serta Wakil Sekretaris Jenderal Devy Anggraeni.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Badan Pusat Statistik mencatat industri makanan dan minuman selama tahun 2023 berhasil menyumbang 39,10 persen terhadap pendapatan domestik bruto (PDB) industri nonmigas dan 6,55 persen terhadap PDB nasional. Sementara, realisasi investasi industri makanan dan minuman pada tahun 2023 mencapai Rp 85,10 triliun.
“Pada tahun 2023 (YoY), industri makanan dan minuman mampu tumbuh positif sebesar 4,47 persen. Industri makanan dan minuman juga menunjukkan neraca dagang positif atau surplus sebesar 25,21 miliar dolar AS dengan nilai ekspor di tahun 2023 mencapai 41,70 miliar dolar AS dan impor sebesar 16,49 miliar dolar AS,” kata Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Depinas SOKSI (Ormas Pendiri Partai Golkar) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini mengingatkan di era digitalisasi saat ini para pelaku industri makanan dan minuman harus berpikir kreatif dan inovatif. Diantaranya, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, seperti media sosial, guna mempromosikan produk yang dihasilkan.
Terlebih, data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat tingkat penetrasi internet di Indonesia saat ini sudah mencapai 79,5 persen. Artinya, sekitar 222 juta masyarakat Indonesia, termasuk para mahasiswa, sudah memiliki akses internet. Sedangkan pada tingkat global, sekitar 5,35 miliar atau lebih dari 66 persen populasi dunia telah terhubung ke internet.
“Dengan memanfaatkan media sosial para pelaku industri makanan dan minuman dapat memasarkan dan mempromosikan produk yang dibuat dengan target audiens yang lebih luas dan efisien. Media sosial juga dapat meningkatkan brand awareness, dan memaksimalkan penjualan,” pungkas Bamsoet. (K3F45)