Bogor,09 November 2025 Di dunia yang serba cepat dan individualistis ini, persahabatan seringkali dianggap sebagai pelengkap, bukan kebutuhan. Padahal, di saat fondasi hidup kita diguncang, persahabatanlah yang menjadi benteng terakhir. Beberapa waktu lalu, saya merasakannya sendiri saat seorang sahabat lama di Bandung hadir bagai oase di tengah gurun penderitaan.
Pernahkah Anda merasa terpuruk hingga tak sanggup lagi melihat secercah harapan? Di saat-saat seperti itu, harta dan tahta tak lagi relevan. Yang kita butuhkan adalah uluran tangan, telinga yang bersedia mendengar tanpa menghakimi, dan hati yang tulus memahami. Inilah esensi persahabatan sejati. Seperti yang tertulis dalam Amsal 17:17: “Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” Ayat ini bukan sekadar kata-kata manis, melainkan janji tentang kekuatan persahabatan yang tak lekang oleh waktu. Dalam bahasa Jawa, ada peribahasa “Sadumuk bathuk, sanyari bumi”, yang berarti “sejari kepala, sejengkal bumi”. Peribahasa ini mengajarkan bahwa persahabatan sejati harus dijaga dan diperjuangkan, bahkan jika harus mengorbankan sedikit kepentingan pribadi.
Persahabatan sejati bukan sekadar relasi transaksional yang dibangun di atas kepentingan sesaat. Ia adalah ikatan emosional yang kokoh, ditempa oleh kepercayaan, kejujuran, dan dukungan tanpa pamrih. Sahabat adalah mereka yang berani hadir saat kita terpuruk, bukan hanya saat kita berjaya. Mereka adalah keluarga yang kita pilih, dan seringkali, mereka lebih memahami kita daripada keluarga kandung sendiri. “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13) Kasih yang dimaksud di sini bukan sekadar perasaan hangat, melainkan komitmen untuk berkorban demi kebaikan sahabat.
Beberapa waktu lalu, saya menerima telepon dari seorang sahabat lama di Bandung. Kami sudah saling mengenal sejak tahun 2005. Walaupun jarang bertemu, kami selalu berusaha menjaga komunikasi, bahkan sekadar melalui sapaan singkat di WhatsApp. Ia menelepon setelah membaca tulisan saya di media online, di mana saya membuka diri tentang penyakit yang sedang saya hadapi dan perawatan di RSUD Kota Bogor.

Tanpa basa-basi, ia menawarkan doa dan dukungan. Saat ia mulai berdoa, tanpa terasa air mata menetes membasahi pipi. Kata-katanya sederhana, namun sarat makna. Saya merasa terharu bukan karena iba, melainkan karena kekuatan yang terpancar dari ketulusannya. Dukungan dari sahabat ini bukan sekadar penghiburan kosong, melainkan energi yang membangkitkan semangat untuk melawan penyakit dan menjalani perawatan dengan lebih optimis. Seperti yang dikatakan dalam Pengkhotbah 4:9-10: “Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka. Karena jikalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi celakalah orang yang seorang diri! Jika ia jatuh, tidak ada seorangpun yang mengangkatnya.” Ayat ini adalah pengingat bahwa kita tidak diciptakan untuk berjuang sendirian. Dalam konteks ini, peribahasa Jawa “Sepi ing pamrih, rame ing gawe” sangat relevan. Ia mengajarkan bahwa dalam persahabatan, kita harus mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi, dan selalu siap membantu tanpa mengharapkan imbalan.
Mengapa Persahabatan Itu Vital?
1. Dukungan Emosional Tanpa Syarat: Di dunia yang penuh dengan penilaian dan ekspektasi, sahabat adalah tempat kita bisa menjadi diri sendiri tanpa takut dihakimi. Mereka memberikan dukungan emosional yang tak ternilai harganya, terutama saat kita merasa rapuh dan tak berdaya. Contohnya, seorang teman yang selalu ada untuk mendengarkan keluh kesah kita tentang masalah pekerjaan, tanpa memberikan nasihat yang tidak diminta, melainkan hanya memberikan pelukan hangat dan kata-kata penyemangat.
2. Motivasi dan Inspirasi yang Membangkitkan: Sahabat bukan hanya sekadar teman curhat, melainkan juga sumber motivasi dan inspirasi. Mereka mendorong kita untuk keluar dari zona nyaman, membantu kita meraih impian yang mungkin tampak mustahil, dan mengingatkan kita akan potensi besar yang tersembunyi dalam diri kita. Contohnya, seorang sahabat yang selalu menyemangati kita untuk memulai bisnis impian, bahkan bersedia membantu mencari modal dan memberikan ide-ide kreatif.
3. Kebahagiaan dan Kesejahteraan yang Hakiki: Penelitian telah membuktikan bahwa orang yang memiliki hubungan sosial yang kuat cenderung lebih bahagia dan sehat secara fisik maupun mental. Persahabatan memberikan rasa memiliki, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas hidup secara signifikan. Contohnya, seorang sahabat yang mengajak kita berolahraga bersama setiap pagi, sehingga kita menjadi lebih sehat dan bersemangat dalam menjalani hari.
4. Perspektif Baru yang Membuka Mata: Sahabat dapat memberikan perspektif baru dalam melihat masalah yang sedang kita hadapi. Mereka membantu kita keluar dari jebakan pikiran negatif, menawarkan solusi kreatif yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya, dan mengingatkan kita bahwa selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan. Contohnya, seorang sahabat yang membantu kita melihat sisi positif dari kegagalan yang kita alami, dan memberikan saran konstruktif untuk memperbaiki diri.
Menghargai Persahabatan: Investasi Jangka Panjang
Persahabatan bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia adalah investasi jangka panjang yang membutuhkan perhatian, komitmen, dan pengorbanan. Berikut adalah beberapa cara untuk menghargai persahabatan sejati:
– Luangkan Waktu Berkualitas: Jadwalkan waktu khusus untuk bertemu atau sekadar menelepon sahabat Anda. Hindari gangguan dan berikan perhatian penuh saat bersamanya.
– Dengarkan dengan Empati yang Tulus: Berikan perhatian penuh saat sahabat Anda berbicara. Cobalah untuk memahami sudut pandangnya, rasakan apa yang ia rasakan, dan berikan dukungan yang tulus tanpa menghakimi.
– Berikan Dukungan Nyata: Tawarkan bantuan konkret saat sahabat Anda membutuhkan. Sekecil apapun bantuan yang Anda berikan, itu akan sangat berarti baginya.
– Jaga Komunikasi yang Terbuka: Tetaplah berhubungan secara teratur, meskipun jarak memisahkan. Manfaatkan teknologi untuk berbagi kabar, cerita, dan perasaan.
– Maafkan dan Lupakan Kesalahan: Tidak ada persahabatan yang sempurna. Akan ada saatnya terjadi kesalahpahaman atau konflik. Belajarlah untuk memaafkan dan melupakan kesalahan sahabat Anda, karena memendam amarah hanya akan merusak hubungan. “Hendaklah kamu ramah dan penuh kasih sayang; maafkanlah satu sama lain, sebagaimana Allah telah mengampuni kamu karena Kristus.” (Efesus 4:32) Dalam konteks ini, peribahasa Jawa “Aja dumeh” sangat relevan. Ia mengajarkan bahwa kita tidak boleh sombong atau merasa lebih baik dari sahabat kita, karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Di tengah hiruk pikuk kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, persahabatan adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Ia memberikan dukungan, motivasi, kebahagiaan, dan perspektif baru yang membantu kita menjalani hidup dengan lebih bermakna. Hargailah setiap persahabatan yang Anda miliki, karena mereka adalah harta yang tak bisa dibeli dengan apapun. Seperti yang tertulis dalam Amsal 27:9: “Minyak dan wangi-wangian menyukakan hati, dan manisnya sahabat lebih dari pada nasihat diri sendiri.” Dalam bahasa Jawa, ada peribahasa “Guyub rukun”, yang berarti “hidup rukun dan harmonis”. Peribahasa ini mengajarkan bahwa persahabatan sejati harus dijaga dengan baik, agar tetap harmonis dan memberikan manfaat bagi semua pihak.
Semoga artikel ini menginspirasi Anda untuk lebih menghargai persahabatan dan menjalin hubungan yang lebih bermakna dengan orang-orang di sekitar Anda. Ingatlah, persahabatan sejati adalah benteng yang akan melindungi kita dari badai kehidupan.
Dikisahkan oleh Kefas Hervin Devananda alias Romo Kefas pada tanggal 09 November 2025,pukul 15 : 25 di Kamar Rawat Inap RSUD Kota Bogor di ruangan Pahio 3

