Pagelaran Wayang Golek Penebar Kasih oleh Dalang Abah Daniel di Rakernas Pewarna Indonesia

Pagelaran Wayang Golek Penebar Kasih oleh Dalang Abah Daniel di Rakernas Pewarna Indonesia

Spread the love

Sleman (07/12) – KLIK News Walau Pelaksanaan Acara Rakerna Pewarna Indonesia di Sleman sudah berjalan dan selesai dengan baik dan lancar, akantetapi meninggalkan kesan yang begitu mendalam dari para peserta dan yang terlibat didalamnya, yang berbeda dari rakernas ini adalah penampilan dari Pelaku Budaya dan juga Hamba Tuhan yang biasa di sapa dengan Abah Daniel.

Abah Daniel bukan saja sebagai penggiat Budaya yang saat ini juga menjabat sebagai kordinator PW GBI DIY menggunakan sarana pelayanannya menggunakan idiom Wayang Golek, menurut Abah Daniel kepada Awak media mengatakan  “walaupun menampilkan lakon yang sama, namun karena audiencenya berbeda terlebih dihadapan wartawan tentunya memiliki tantangan tersendiri dalam pementasannya,” Katanya.

Lebih lanjut menurut Pria yang konsen memadukan kultur budaya nusantara dalam pelayanannya ini menjelasakan ” Terlebih lagi karena yang hadir bukan hanya dari pulau Jawa, namun dari bagian lain Indonesia yang tentunya memiliki budaya lokal masing-masing dengan pemahaman yang berbeda pula”. jelasnya lagi

Dalam Pagelaran Wayang golek di acara Rakernas Pewarna Indonesia (29/11), Pada lakon atau cerita Bambang Pramudita diawali dengan konflik keluarga Raden Arjuna yang ingin memaksakan anaknya Abimanyu untuk menikah dengan anak raja Astina prabu Duryudana. Oleh karena masih muda, belum berpikir tentang pernikahan dan juga belum mengenal, maka Abimanyu menolak keinginan Arjuna ayahnya. Inilah awal konflik yang berujung pada konflik efek domino dari ambisi Arjuna. Tuturnya kepada awak media

Jelasnya lagi Lurah Semar Badranaya yang memahami apa dibalik rencana ini justru semakin memantapkan Abimanyu untuk menolak permintaan ayahnya meskipun resiko Arjuna mengancam untuk membunuhnya. Alasan dibalik rencana itu adalah:

  1. Dari pikiran Arjuna, bahwa tanpa harus perang Baratayudha keturunan Abimanyu bisa segera menjadi raja Astina. Ini infiltrasi ke pikiran Arjuna oleh pihak Astina.
  2. Dari pikiran orang Astina justru sebaliknya, dengan Abimanyu datang ke Astina lewat Arjuna, memanfaatkan hormat nya Arjuna pada guru Drona, Abimanyu akan dibunuh.

Arjuna yang marah dan sudah tidak berpikir dengan naluri ksatria lagi mengancam untuk membunuh Abimanyu namun masih segan karena ada Semar. Untuk itulah setelah Abimanyu lari, Arjuna mengejar. Kembimbangan terjadi di persimpangan jalan, membuat cerita menjadi dua bagian yang menunjukkan bahwa akibat ambisi, salah mengambil keputusan karena informasi yang salah (ini tanggung jawab pewarna untuk tetap konsisten mewartakan kebenaran), menghasilkan efek domino.

Pertama: Arjuna yang sedang marah justru menjadi tidak terkendali dan berprasangka bahwa pasti Abimanyu ke pusat kota dan berlindung kepada Darmakusuma, raja Amarta. Karena gelap mata itulah Arjuna kehilangan identitas aslinya, ketika Darmakusuma berkata seperti raksasa, maka seketika berubah menjadi raksasa yang berusaha membunuh Darmakusuma. Sang raja lolos, membuat raksasa jelmaan Arjuna semakin jahat.

Kedua: Abimanyu yang terus berlari bertemu dengan Ki Ajar Padang di padepokan Tibrasara, mendapatkan pengajaran tentang kehidupan yang berkenaan kepada Tuhan. Tentang pembelaan Tuhan ketika tetap berjalan dalam kebenaran termasuk menghadapi orang yang berniat jahat. Hormat kepada orang tua dan pemimpin adalah hal yang disenangi Tuhan. Terbukti ketika Abimanyu hendak dibunuh oleh pembunuh bayaran Astina bisa lolos karena Tuhan tempatkan Gatotkaca menjadi penolong. Disisi lain Ki Ajar Padang yang tahu cerita ini, ke Amarta untuk ikut sayembara mengalahkan raksasa namun berganti baju menjadi Satria Bambang Pramudita.

Kisah ini diakhiri dengan dialog indah tentang kehidupan, kepemimpinan, menanti waktu Tuhan dan tetap tidak protes pada proses. Berapa banyak karena ingin cepat berhasil justru menjadi berantakan karena salah pilih jalan. Banyak jalan yang disangka lurus padahal ujungnya menuju maut. Pramudita yang adalah Darmakusuma kembali ke bentuk awal setelah berdialog dengan Astrajingga alias Cepot.

Kiranya pewarna Indonesia tetap menjadi pewarna yang mewarnai Indonesia dengan keindahan dan semakin indah. Menjalankan amanat Agung Tuhan dengan karya tulisan yang mencerminkan karakter Kristus. Tuhan Yesus memberkati dengan segala hal yang baik,katanya kepada Awak media sambil menutup perbincangan kepada Awak media (Romo Kefas Hervin Devananda/klikberita.net )

error: Content is protected !!