Magelang – Penataan kawasan Borobudur telah selesai. Termasuk Museum dan Kampung Seni Borobudur. Para pedagang dan area parkir pengunjung pun mulai pindah ke lokasi tersebut. Selain lapak pedagang, Museum dan Kampung Seni Borobudur nantinya dilengkapi dengan museum, amfiteater, dan lainnya.
Corporate Secretary Group Head PT Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, Ryan Eka Permana Sakti mengatakan, proses peralihan operasional area parkir itu sudah dimulai sejak Senin (16/9/2024). Uji coba itu dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan peralihan operasional.
“Kami ingin memastikan bahwa sebelum sepenuhnya berfungsi, pengunjung bisa lebih familier dengan transisi parkir ke Kampung Seni Borobudur,” ujarnya saat ditemui, Rabu (18/9/2024).
Sakti menuturkan, yang membedakan dari operasional sebelumnya adalah akses masuk menuju Candi Borobudur. Penumpang mobil bisa turun dan masuk melalui pintu utama. Kemudian, pengemudi bisa memarkirkan mobilnya di lokasi parkir baru atau tempat lainnya.
Selain itu, rombongan bisa masuk melalui Museum dan Kampung Seni Borobudur. Pengelola telah menyediakan kendaraan berupa Electric Vehicle (EV) Wara Wiri gratis untuk mengantarkan pengunjung menuju zona II. Ada tiga titik yang bisa dimanfaatkan pengunjung jika ingin menaiki EV.
Pertama, dari Kampung Seni Borobudur menuju pintu utama. Kemudian, area turun pengunjung atau sisi utara candi dan di pintu utama. “Pengunjung diberikan opsi. Sistemnya tidak memaksa. Boleh berjalan dengan menikmati suasana sekitar atau menggunakan EV. Penggunaan EV pun, saat ini masih gratis,” katanya.
Selama dua hari ini, dia melihat, penggunaan EV cukup efektif untuk mengantarkan pengunjung dengan pintu utama Candi Borobudur. Sebab, letak Kampung Seni Borobudur sedikit jauh ketika ditempuh dengan berjalan kaki. Saat ini, kendaraan EV ada 15 unit dengan penumpang maksimal hingga 23 orang.
Selain peralihan operasional area parkir, kata dia, sebanyak 1.943 pedagang sudah mulai membuka lapaknya di Kampung Seni Borobudur. Terlebih, bekas lokasi relokasi sementara lapak pedagang di kompleks Candi Borobudur sudah dibongkar. Sebab nantinya akan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau.
Sakti menambahkan, proses pemindahan para pedagang itu tidak memakan waktu yang lama. Begitu memastikan lokasi baru benar-benar bisa digunakan, mereka berbondong-bondong pindah. “Yang harus dipastikan adalah tidak ada sisa material di lokasi tersebut,” paparnya.
Sementara terkait dengan keluhan pengunjung soal minimnya petunjuk arah, kondisi itu bisa menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi pengelola. Terlebih, Kampung Seni Borobudur masih dalam proses transisi. Sehingga pengunjung memang perlu mengenali alur yang sedikit berbeda dari sebelumnya.
Pedagang suvernir, Devi Ariyani, 30 menyebut, sudah mulai pindah ke Museum dan Kampung Seni Borobudur sejak Selasa (17/9/2024). Sebelumnya, dia telah mengikuti pengundian untuk mendapatkan lapak. “Ternyata dapat blok D. Kalau di sini, tempatnya lebih rapi dan bersih,” akunya.
Devi mengaku, sudah berjualan suvernir di Candi Borobudur sejak 2015. Tapi sebetulnya dia hanya melanjutkan usaha dari orang tua yang sudah berjalan sejak 1982. Dia berharap, setelah pindah, dagangannya akan semakin laris dan pendapatannya stabil.
Sementara itu, pengunjung asal Malaysia, Fazira mengaku, baru kali pertama berkunjung ke Candi Borobudur. Dia bersama tiga temannya berkesempatan untuk naik ke struktur candi. Namun, saat keluar, mereka justru kesasar hingga membawanya ke Museum dan Kampung Seni Borobudur.
Dia menyebut, mereka kesasar karena petunjuk arah di Museum dan Kampung Seni Borobudur yang masih minim. “Kami nyasar karena kurangnya penunjuk arah. Tempat jual minum juga kurang. Sampai capek jalan kaki. Tapi tak masalah, buat pengalaman,” pungkasnya.(*)