Terkait Banyak Pejabat Pamer Kemewahaan di Medsos,Pemerhati Kebijakan Publik Rd Hamzaiya Pun Angkat Bicara

Terkait Banyak Pejabat Pamer Kemewahaan di Medsos,Pemerhati Kebijakan Publik Rd Hamzaiya Pun Angkat Bicara

Spread the love

Cirebon – KLIK NEWS Pamer Kemewahan Jajaran Petinggi Kemenkeu diringkus, Pegiat “bagaimana dengan persoalan penerimaan LPDP Luar Negeri yang tidak ujung selesai ?”

Akhir akhir ini Sri Mulyani Menteri Keuangan sedang menjadi bahan perbincangan publik setelah tindakannya dalam melakukan upaya bersih bersih di jajaran pejabat maupun staf kementrian keuangan.

Pasca kasus Penganiyaan David seolah membuka pintu keterbukaan perilaku dan sikap para jajaran kementerian keuangan yang kerap pamer akan kemewahan di akun akun Instagram nya.

Seolah permasalahan yang tidak berujung, beberapa aktivis maupun pegiat terus memberikan respon yang berkesinambungan terkait persoalan tersebut.

Kali ini bukan datang dari persoalan pajak, namun perilaku perilaku penerima beasiswa luar negeri yang dijadikan ajang imigrasi.

Ya, sebelum adanya kasus David ini kan ibu menteri pernah bilang akan kekhawatiran negara kepada penerima beasiswa LPDP ke luar negeri yang tidak kembali pulang ke Indonesia, hal ini kan persoalan yang tidak kalah penting ujar Raden Hamzaiya.

Kritik tajam terhadap para penerima LPDP tersebut dikemukakan oleh salah satu Pegiat Sejarah asal Cirebon, dirinya menuturkan sebenarnya dari segi aspek sejarah beasiswa yang diberikan pemerintah yang nilainya milyaran itu sudah ada sejak era Soekarno, dalam sejarah harapan bung Karno tersebut pernah tercatat dalam tulisan pidatonya agar para penerima beasiswa tersebut setelah dianggap mumpuni keilmuannya dapat mengembangkan segala sesuatu yang telah diperoleh untuk kemajuan tanah air ujar Raden Hamzaiya.

Ya contohnya saja Habibie, yang kembali pulang ke Indonesia untuk mengembangkan teknologi pesawat terbang kemudian terciplah pesawat N-20 tambahnya.

Mereka ini para penerima beasiswa luar negeri telah menghabiskan anggaran negara milyaran rupiah, ini akan menjadi persoalan dan ketimpangan sosial bagi para pelaku pendidikan khususnya para guru honorer yang hingga saat ini hanya menerima gaji dikisaran 200-300 ribu per-bulan.

Diseriuskan kembali, jangan sampai kekhawatiran ini hanya sesaat, ini akan menjadi problematika dalam dunia pendidikan kita apalagi dibandingkan dengan para guru honorer yang mendapatkan gaji yang tidak seberapa. Tutup nya. (Red)

Editor Kefas Hervin Devananda

error: Content is protected !!